Jumat, 04 Oktober 2013
Pustaka Swadaya Desa Cileungsi Kidul (2)
Kepala Perpustakaan Desa Cileungsi Kidul Sugeng
Pribadi (tengah)
bersama staf perpustakaan (Foto: Novri, KBR68H)
Pemutaran Film
Soal
kunjungan yang disebut Sugeng Pribadi tadi maksudnya siswa dari sekolah
sekitar yang datang menyambangi perpustakaan ini. “Setelah datang ke
perpustakaan, kami sedikit beri gambaran perpustakaan itu apa. Bahwa
perpustakaan itu bukan kumpulan buku-buku yang menjemukan. Kemudian kami ajak
fun game. Kalau mereka dari Desa Cileungsi Kidul, akan ada semacam kuis-kuis
kecil, ‘siapa nama kepala desa?’, jadi mereka akan happy, jadi fun di
perpustakaan. Baru setelah mereka relax, masuk perpustakaan, dengan senang
mereka akan membaca. Biasanya sih maksimal 3 jam,” kata Sugeng.
Kedatangan
rombongan sekolah tersebut tak begitu saja terjadi. Sugeng dan kawan-kawan
pengelola perpustakaan rutin jemput bola ke sekolah-sekolah. Awalnya memang
sulit menarik minat pengunjung ke perpustakaan ini kalau tak melakukan jemput
bola, kata petugas perpustakaan, Siti Hindun. Dengan pendekatan kepada orang
tua juga, anak-anak pun ramai berkunjung, apalagi kalau akhir pekan.
Salah satu sekolah
yang rutin mendatangi perpustakaan Desa Cileungsi Kidul adalah pelajar di
tempat Apan Suryadi mengajar, SD Negeri Babakan 1. “Secara berkala setiap Jumat
Sabtu kami programkan setiap minggunya, baik siswa putra-putri. Karena
keterbatasan tempat di sini (di perpustakaan), paling satu kali kunjungan itu
40 anak,” kata Apan.
Bahkan kata kepala
perpustakaan, Sugeng Pribadi, ada sekolah yang jauh-jauh hari sudah memesan
tempat untuk beberapa bulan kunjungan. “Jadi ada satu sekolah itu ada
yang sudah pesan untuk delapan sesi. Delapan sesi bisa dibayangkan 8 x 30 siswa
sudah 240 orang. Belum sekolah yang lain. Ini termasuk program yang lumayan
sukses sehingga dikunjungi banyak anak-anak,” jelasnya.
Di bagian belakang
perpustakaan, ada sebuah ruangan yang luasnya sekitar 4 x 8 meter. Di dindingnya,
nampak papan tulis yang menyisakan guratan gambar binatang. Ruangan ini
juga dilengkapi projector. Inilah tempat yang biasa digunakan untuk
menyaksikan film atau mendongeng.
“Yang menarik ini,
belum pernah ada perpustakaan desa mengadakan nonton bareng. Jadi setiap malam
minggu daripada anak-anak di komplek perumahan atau sekitarnya itu berkeliaran
main PS (play station), atau ke mall, kami kumpulkan di perpustakaan. Kami
putarkan film layar lebar yang mengandung unsur edukatif. Kalau sekarang seperti
Tendangan dari Langit, Laskar Pelangi. Jadi kadang-kadang kita request, film
apa yang mereka inginkan, kita coba carikan,” jelas Sugeng.
Siswa tempat Apan
mengajar suka datang ke sini saban malam minggu untuk menonton film yang
mendidik. “Kami juga gelar mendongeng, kemudian nonton bareng, layar lebar,
film-film setiap malam minggu,” imbuhnya. Pengelola Perpustakaan Desa Cileungsi
Kidul berupaya membuat pengunjung betah dan nyaman.
Perpustakaan Desa
Cileungsi Kidul memang tak semata berfokus ke layanan buku.
Pengelola juga menyediakan berbagai macam program. Mulai dari
bimbingan belajar untuk siswa sampai membuat ragam lomba. “Di awal-awal
berdiri kami mengadakan lomba mewarnai gambar dan menggambar untuk SD dan TK se-Kecamatan
Cileungsi. Di sana ada sekitar 600-700 peserta dan halaman kami tak cukup untuk
menampung mereka selama dua hari. Ada hal-hal lain yang kami coba misalnya
dengan mengadakan lomba resensi buku untuk anak-anak SMP dan SMA,” kata Sugeng.
Di halaman sebelah
kanan perpustakaan, ada ruangan terbuka seluar 4 x 10 meter. Di dinding yang
dibalut cat biru dipajang foto perjalanan dua tahun perpustakaan ini. Ini
adalah tempat pemberdayaan masyarakat sekitar. Perpustakaan menjadi
tempat diskusi bisnis rumahan, ujar warga setempat, Siti Hindun.
Warga belajar,
berdiskusi, dan mendapat informasi tambahan. Seperti cara membatik dan membuat
makanan sehat. Meski punya seabrek kegiatan, tapi kepala perpustakaan, Sugeng
Pribadi masih punya kegundahan. Koleksi bacaan baru dirasa masih kurang. Sebut
saja koran atau majalah.
“Ini yang saya
terus terang miris. Sebenarnya perpustakaan ini adalah juara kabupaten, juara
provinsi. Kemudian kami coba ke beberapa penerbit daerah untuk memberikan
support, minimal memberikan ya free lah satu koran harian, tabloid. Sehingga
masyarakat ini, karena dampaknya menurut saya cukup signifikan. Free satu
harian, akan dibaca banyak orang,” jelasnya.
Kegundahan hatinya
didengar pihak Perpustakaan Nasional. Perpustakaan ini berfungsi menyusun
kebijakan nasional di bidang perpustakaan, salah satunya mengelola perpustakaan
desa. Juru Bicara Perpustakaan Nasional, Agus Sutoyo mengatakan Perpustakaan
Desa Cileungsi Kidul bisa mengajukan ke kabupaten atau langsung ke Perpustakaan
Nasional.
“Bisa banget.
Makanya kepala perpustakaannya itu membuat surat ke kabupaten/kota. Bahkan ke
Perpustakaan Nasional pun kalau itu memang, kita menyebutnya perpustakaan
komunitas, itu bisa dapat bantuan. Jadi ada satu pusat yang membawahi itu Pusat
Pengembangan Perpustakaan di Jalan Merdeka Selatan No. 11,” terang Agus.
***