Senin, 04 November 2013
Pustaka Swadaya Desa Cileungsi Kidul (3)
Tampak depan Perpustakaan Desa Cileungsi Kidul
(Foto: Novri, KBR68H)
Contoh Perpustakaan
Setidaknya bisa
diilihat dari berbagai kegiatan yang ada. Perpustakaan tak sekadar tempat
yang hening untuk membaca atau meminjam buku.
Masih buruknya
pengelolaan perpustakaan bisa ditengok di sejumlah sekolah, Seperti
dituturkan salah satu petugas perpustakaan di sebuah SMA negeri
Jakarta, Siswiningsih menjelaskan, ”Tadinya sih ada majalah, tabloid. Tapi
sekarang katanya di stop karena katanya yang baca ibu-ibu. Bukan anak-anak yang
baca.Tadinya kita langganan, tapi distop. Kata bendaharanya yang baca ibu-ibu.
Padahal namanya perpustakaan ya engga ibu-ibu, engga anak-anak. Cuma ya
udahlah, mau diapain.”
Siswa nyaris tak
ada waktu untuk datang berkunjung. Saat istirahat, mereka lebih suka kongkow
bersama rekannya atau makan di kantin. Upaya menghidupkan perpustakaan
sekolah terang Sis sebenarnya tetap ada. Salah satunya kata guru fisika,
Fahrizal dengan cara mengajak siswa belajar di perpustakaan.
“Saya bawa ke
perpustakaan, mereka terserah, santai aja. Ada yang selonjoran. Jadi suasana
yang jenuh di kelas, saya ganti suasana santai. Bahwa fisika itu tidak momok
dengan hitung-hitungan. Mau bagaimana kita bisa menghitung, mau tiduran,
selonjoran. Yang penting kegiatan belajar mengajar berjalan,” kata Fahrizal.
Untuk hidupkan
perpustakaan perlu terobosan dan kreatifitas seperti yang dilakoni
pengelola Perpustakaan Desa Cileungsi Kidul. Koleksi buku dan bahan bacaan yang
tersedia di perpustakaan idealnya seperti di toko buku jelas
Juru Bicara
Perpustakaan Nasional, Agus Sutoyo menambahkan, ”Semboyan toko buku harusnya
kita pakai itu. Hari ini judul keluar, buku itu sudah ada di rak-rak toko buku.
Ini yang sulit kita adakan, bahwa setiap buku baru sudah harus ada di
perpustakaan. Jadi kalau masyarakat ke toko buku mungkin anggarannya terbatas,
itu harusnya sudah ada di perpustakaan.”
Perpustakaan Desa
Cileungsi Kidul bisa dijadikan contoh perpustakaan lain di tanah
air. Harapannya lewat ragam kegiatan dan koleksi bacaan yang
dimiliki ikut mencerdaskan dan membuat senang para pengunjungnya.
Jumat, 04 Oktober 2013
Pustaka Swadaya Desa Cileungsi Kidul (2)
Kepala Perpustakaan Desa Cileungsi Kidul Sugeng
Pribadi (tengah)
bersama staf perpustakaan (Foto: Novri, KBR68H)
Pemutaran Film
Soal
kunjungan yang disebut Sugeng Pribadi tadi maksudnya siswa dari sekolah
sekitar yang datang menyambangi perpustakaan ini. “Setelah datang ke
perpustakaan, kami sedikit beri gambaran perpustakaan itu apa. Bahwa
perpustakaan itu bukan kumpulan buku-buku yang menjemukan. Kemudian kami ajak
fun game. Kalau mereka dari Desa Cileungsi Kidul, akan ada semacam kuis-kuis
kecil, ‘siapa nama kepala desa?’, jadi mereka akan happy, jadi fun di
perpustakaan. Baru setelah mereka relax, masuk perpustakaan, dengan senang
mereka akan membaca. Biasanya sih maksimal 3 jam,” kata Sugeng.
Kedatangan
rombongan sekolah tersebut tak begitu saja terjadi. Sugeng dan kawan-kawan
pengelola perpustakaan rutin jemput bola ke sekolah-sekolah. Awalnya memang
sulit menarik minat pengunjung ke perpustakaan ini kalau tak melakukan jemput
bola, kata petugas perpustakaan, Siti Hindun. Dengan pendekatan kepada orang
tua juga, anak-anak pun ramai berkunjung, apalagi kalau akhir pekan.
Salah satu sekolah
yang rutin mendatangi perpustakaan Desa Cileungsi Kidul adalah pelajar di
tempat Apan Suryadi mengajar, SD Negeri Babakan 1. “Secara berkala setiap Jumat
Sabtu kami programkan setiap minggunya, baik siswa putra-putri. Karena
keterbatasan tempat di sini (di perpustakaan), paling satu kali kunjungan itu
40 anak,” kata Apan.
Bahkan kata kepala
perpustakaan, Sugeng Pribadi, ada sekolah yang jauh-jauh hari sudah memesan
tempat untuk beberapa bulan kunjungan. “Jadi ada satu sekolah itu ada
yang sudah pesan untuk delapan sesi. Delapan sesi bisa dibayangkan 8 x 30 siswa
sudah 240 orang. Belum sekolah yang lain. Ini termasuk program yang lumayan
sukses sehingga dikunjungi banyak anak-anak,” jelasnya.
Di bagian belakang
perpustakaan, ada sebuah ruangan yang luasnya sekitar 4 x 8 meter. Di dindingnya,
nampak papan tulis yang menyisakan guratan gambar binatang. Ruangan ini
juga dilengkapi projector. Inilah tempat yang biasa digunakan untuk
menyaksikan film atau mendongeng.
“Yang menarik ini,
belum pernah ada perpustakaan desa mengadakan nonton bareng. Jadi setiap malam
minggu daripada anak-anak di komplek perumahan atau sekitarnya itu berkeliaran
main PS (play station), atau ke mall, kami kumpulkan di perpustakaan. Kami
putarkan film layar lebar yang mengandung unsur edukatif. Kalau sekarang seperti
Tendangan dari Langit, Laskar Pelangi. Jadi kadang-kadang kita request, film
apa yang mereka inginkan, kita coba carikan,” jelas Sugeng.
Siswa tempat Apan
mengajar suka datang ke sini saban malam minggu untuk menonton film yang
mendidik. “Kami juga gelar mendongeng, kemudian nonton bareng, layar lebar,
film-film setiap malam minggu,” imbuhnya. Pengelola Perpustakaan Desa Cileungsi
Kidul berupaya membuat pengunjung betah dan nyaman.
Perpustakaan Desa
Cileungsi Kidul memang tak semata berfokus ke layanan buku.
Pengelola juga menyediakan berbagai macam program. Mulai dari
bimbingan belajar untuk siswa sampai membuat ragam lomba. “Di awal-awal
berdiri kami mengadakan lomba mewarnai gambar dan menggambar untuk SD dan TK se-Kecamatan
Cileungsi. Di sana ada sekitar 600-700 peserta dan halaman kami tak cukup untuk
menampung mereka selama dua hari. Ada hal-hal lain yang kami coba misalnya
dengan mengadakan lomba resensi buku untuk anak-anak SMP dan SMA,” kata Sugeng.
Di halaman sebelah
kanan perpustakaan, ada ruangan terbuka seluar 4 x 10 meter. Di dinding yang
dibalut cat biru dipajang foto perjalanan dua tahun perpustakaan ini. Ini
adalah tempat pemberdayaan masyarakat sekitar. Perpustakaan menjadi
tempat diskusi bisnis rumahan, ujar warga setempat, Siti Hindun.
Warga belajar,
berdiskusi, dan mendapat informasi tambahan. Seperti cara membatik dan membuat
makanan sehat. Meski punya seabrek kegiatan, tapi kepala perpustakaan, Sugeng
Pribadi masih punya kegundahan. Koleksi bacaan baru dirasa masih kurang. Sebut
saja koran atau majalah.
“Ini yang saya
terus terang miris. Sebenarnya perpustakaan ini adalah juara kabupaten, juara
provinsi. Kemudian kami coba ke beberapa penerbit daerah untuk memberikan
support, minimal memberikan ya free lah satu koran harian, tabloid. Sehingga
masyarakat ini, karena dampaknya menurut saya cukup signifikan. Free satu
harian, akan dibaca banyak orang,” jelasnya.
Kegundahan hatinya
didengar pihak Perpustakaan Nasional. Perpustakaan ini berfungsi menyusun
kebijakan nasional di bidang perpustakaan, salah satunya mengelola perpustakaan
desa. Juru Bicara Perpustakaan Nasional, Agus Sutoyo mengatakan Perpustakaan
Desa Cileungsi Kidul bisa mengajukan ke kabupaten atau langsung ke Perpustakaan
Nasional.
“Bisa banget.
Makanya kepala perpustakaannya itu membuat surat ke kabupaten/kota. Bahkan ke
Perpustakaan Nasional pun kalau itu memang, kita menyebutnya perpustakaan
komunitas, itu bisa dapat bantuan. Jadi ada satu pusat yang membawahi itu Pusat
Pengembangan Perpustakaan di Jalan Merdeka Selatan No. 11,” terang Agus.
***
Rabu, 04 September 2013
Pustaka Swadaya Desa Cileungsi Kidul (1)
Suasana ruang baca di Perpustakaan Desa Cileungsi Kidul.
Apa yang Anda bayangkan jika berkunjung
ke perpustakaan? Tempat yang hening atau sekadar lokasi untuk membaca
atau meminjam buku semata? Lupakan itu semua. Pengelola Perpustakaan Desa
Cileungsi Kidul di Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengubah kesan
perpustakaan yang membosankan. Perpustakaan ini punya seabreg kegiatan
untuk membuat betah pengunjungnya terutama anak-anak. Mulai dari pemutaran film
sampai diskusi santai.
Siang itu, Habib Ahmad Ayasi tampak serius mengamati sebuah buku cerita. Bocah
kelas 2 SD ini sedang membuka halaman buku cerita yang dilengkapi dengan soal
hitung-hitungan sederhana. Panas terik matahari tak menyurutkan niatnya datang
ke perpustakaan Desa Cileungsi Kidul sepulang sekolah.
Habib hampir tiap hari datang ke perpustakaan yang ada di Kabupaten Bogor, Jawa
Barat ini. Inilah perpustakaan hasil urunan warga Desa Cileungsi Kidul. Mereka
menyewa sebuah rumah seluas 84 meter persegi atau kira-kira hampir seluas
lapangan bulu tangkis. Lima petugas perpustakaan dipekerjakan di sini.
Sejak berdiri hampir dua tahun lalu perpustakaan ini hanya mengkoleksi seribu
eksemplar buku hasil sumbangan Pemerintah Kabupaten Bogor, kata Kepala
Perpustakaan, Sugeng Pribadi. Sebelum dipajang di rak perpustakaan, buku –buku
tersebut teronggok sekitar dua tahun di kantor desa.
“Permasalahan klasik. Di desa itu, kalau dapat buku, kemudian perpustakaannya
dimana tempatnya? Akhirnya singkat cerita dari bapak kepala desa, kita
ngobrol-ngobrol dengan warga yang lain, akhirnya kita carikan tempat. Kita
sepakati perpustakaan desa ini akan lebih bagus kalau ditangani masyarakat
secara swadaya,” kata Sugeng.
Salah satu petugas perpustakaan, Esi Sukaesih menuturkan alasan
berdirinya perpustakaan. Salah satunya kata dia untuk menggugah minat baca
anak. “Merasa prihatin dengan lingkungan. Kalau engga ada perpustakaan,
anak-anak itu kebanyakan main. Daripada main mending baca buku, mainnya ke sini
(ke perpustakaan-red). Maunya saya sih begitu, tapi namanya anak-anak kan
enggak bisa dipaksa. Udah gitu teknologi sudah canggih. Susah...Menumbuhkan
minat baca anak-anak itu sulit banget,” jelasnya.
Sebagian buku koleksi perpustakaan kata Sugeng merupakan sumbangan warga
setempat. Total koleksi buku di perpustakaan ini mencapai hampir 4
ribu eksemplar dengan berbagai jenis judul. Ribuan buku tersebut tersusun rapi
di rak-rak di ruangan yang berbentuk segi empat. Di bagian tengah
ruangan disediakan kursi dan bangku dengan karpet hijau untuk pembaca menikmati
isi buku.
***